Selasa, 01 Desember 2009

Kompetensi Sanitarian

Sebagai seorang dosen dalam pendidikan sanitarian, saya selalu bertanya dalam hati apakah kompetensi yang diajarkan di lembaga pendidikan sanitarian (Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan) sesuai dengan kebutuhan tugas di lapangan?. Pertanyaan ini timbul karena saking banyaknya target kompetensi yang harus dicapai selama pendidikan, dan kompetensi tersebut kadang-kadang kurang ditunjang oleh pembelajaran yang memadai, sementara setelah bertugas ternyata kompetensi tersebut tidak sesuai dengan tugas-tugas yang menunggu.
Berdasarkan pengamatan saya terhadap sanitarian baru yang bertugas di puskesmasdi, dari 43 kompetensi sanitarian yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan ternyata kurang dari 20 komopetensi yang dapat dilaksanakan, selebihnya tidak dapat dilaksanakan karena bukan merupkan tugas pokok sanitarian puskesmas. Kompetensi-kompetensi yang tidak dapat dilaksanan terutama yang sangat teknis, antara lain seperti analisis bahan polutan udara, pengboran air tanah, pendugaan air tanah, analisis tanah, dan sebagainya. Sementara itu kompetensi yang sangat dibutuhkan di masyarakat adalah pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat.
Akibat dari itu semua, banyak sanitarian yang tidak betah bekerja di bidangnya. Banyak diantara mereka yang pindah ke sekretariat, P2M, Promkes, dan bahkan ada yang berani melaksanakan tugas-tugas pengobatan secara ilegal. Dari wawancara dengan beberapa orang sorang sanitarian tersebut, dapat diperoleh alasan mengapa mereka tidak betah di bidang sanitasi, antara lain a.Perhatian atasan terhadap bidang sanitasi yang kurang,si b.alokasi anggaran di bidang sanitasi sangat terbatas, c. Pimpinan menawarkan untuk bertugas di bidang lain.
Perhatian yang kurang dari atasan, sebenarnya merupakan akibat dari kurangnya kompetensi sanitarian di dalam memasarkan dan mempromosikan sanitasi pada pimpinan atau masyarakat. Seorang sanitarian harus memiliki kompetensi sebagai agen perubahan di bidang sanitasi. Alat-alat sanitasi sudah tersedia di pasaran dengan harga relatif murah, sehingga tidak perlu lagi masyarakat diajar untuk membuat Bowl, membuat rumah jamban, karena pekerjaan tersebut sudah bisa dilasnakan oleh tukang. Oleh karena itu saya melihat sangat dibutuhkan adanya pemberian kompetensi sanitarian dalam bidang komunikasi dan pemasaran sosial, serta teknik-teknik pengembangan masyarakat.
Alokasi anggaran yang kurang juga berkaitan dengan denga nkemampuan sanitarian mempertahankan dan memperjuangkan idenya kepada pimpinannya. Oleh karena itu kemampuan pengelolaan data untuk emnjai suatu informasi harus menjadi salah kompetensi yang harus dikuasai oleh sanitarian. Sanitarian harus mampu menujukkan bahwa sanitasi yang baik dapat menjadi daya ungkit pembangunan di sektor kesehatan dan sektor-sektor lain.
Adanya tawaran dari pimpinan terhadap sanitarian untuk melaksanakan tugas di bidang lain, dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain sanitarian dianggap tidak menguasai bidangnya, atau karena tenaga terbatas, dan bidang sanitasi dianggap tidak begitu penting. Sanitarian yang kelihatan bingung di puskesmas karena tidak banyak tugas yang bisa dilakukan mendorong pimpinan untuk memberdayakan sanitarian di bidang lain yang pada dasarnya bidang tersebut tidak membutuhkan kompetensi yang spesisfik, misalnya di bidang perlengkapan, administrasi, dan sebagainya, sehingga tugas bidang sanitasi semakin tertinggal dari bifang-bidang lain karena dikerjakan oleh orang yang tidak memiliki kompetensi di bidang snaitasi. Tawaran untuk menempati bidang lain juga disebabkan karena keterbatasan tenaga, dan sanitarian yang alebih banyak menganggur karena bidang sanitasi kurang menjadi perhatian akhirnya diberi tugas tambahan di bidang lain, dan lama kelamaan sanitarian ini lebih menguasai tugas tambahan dari tugas pokoknya.
Kenyataan tersebut di atas, membuat kita prihatin karena bidang sanitasi semakin tidak menjadi perhatian yang dapat dilihat dari lesunya organisasi profesi HAKLI. Kita tidak boelh membiarkan hal ini terus terjadi karena kita yakin bahwa sanitasi memiliki daya ungkit sangat besar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Perlu adanya suatu komitmen sanitarian untuk tetap melaksanakan tugas-tugasnya di bidang sanitasi. Selama pendiidikan perlu diberikan kompetensi yang berkaitan dengan pengembangan dan pemberdayaan masyarakayt, pemasaran sosial, disamping kompetensi di bidang sanitasi yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
Padang, 2 Desember 2009
Burhan Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar